THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 20 April 2009

BIOGRAFI CHULAY_212


Chulay_212 dilahirkan dengan nama "Raden Tjutjuk soepari Moentarso Adi" pada Minggu Wage 05 Juli 1970 di sebuah Rumah Sakit Angkatan Darat di Purworejo (Kutoarjo) Jawa Tengah, anak terakhir dari sembilan bersaudara (tujuh yang masih hidup) karena kakak pertamanya meninggal di usia masih belia karena kekejaman agresi militer Belanda di Yogyakarta dan kakak yang kedelapan juga meninggal di waktu kecil karena sakit di daerah majalengka Jawa Barat.
Ayahnya bernama Raden Soeroso Martodidjojo berasal dari Jawa Tengah., seorang Veteran Angkatan Perang yang terakhir bertugas tahun 1966 di Kodam Siliwangi Jawa Barat Ibunya bernama Soekasih berasal dari Aceh yang juga seorang sukarelawan Palang Merah di jaman Perang Kemerdekaan.
Ketika kecil Chulay_212 bersama ibunya tinggal berpindah – pindah tempat karena keadaan ekonomi pensiunan seorang janda dengan tujuh anaknya amat sangat memprihatinkan kala itu sejak ayahnya meninggal dunia tahun 1972.
Dua Kakak chulay_212 (pertama & kedua) tinggal di Jakarta bersama Adik Ayahnya (H.Martono) yang bertugas di Kodam Jayakarta,Dua Kakanya yang lain(kelima & keenam) tinggal di Semarang Bersama kakak Ayahnya (Dr.Arie) yang kala itu bertugas di Kodam Diponegoro. Dan dua kakak chulay_212 (ke tiga dan keempat) telah berumah tangga dan mengikuti suami di Yogyakarta.
Bersama Ibundanya Chulay_212 kemudian memutuskan Hijrah ke Jakarta.
Pada usia 08 tahun Chulay_212 masuk sekolah dasar, di SD Inpres (Tegal Parang 01) warung buncit IV jakarta selatan kemudian pindah ke SD di kalibata dan kembali lagi ke SD Tegal Parang 04 di warung buncit IV. Chulay_212 bersama Ibunda dan dua saudaranya tinggal di sebuah kontrakan di daerah mampang prapatan jakarta selatan, jarak yang begitu jauh antara tempat tinggal dan sekolah tak menghambat chulay_212 untuk menuntut ilmu walau dengan berjalan kaki.
Tahun 1981 Chulay_212 harus berpindah sekolah kembali untuk mengikuti sang kakak yang tinggal di perbatasan anatara DKI Jakarta dan Jawa barat yaitu Perumnas Depok tepatnya di Jl.Rokan II No.153 Depok Timur .
Dua tahun Chulay_212 mengenyam pendidikan di SDN Mekar Jaya XV Depok dalam kesehariannya chulay_212 mulai mencari nafkah sendiri untuk sekedar mencari uang jajan dengan berjualan es mambo, Petasan dan Koran.
Tahun 1984 Chulay_212 berhasil lulus dan melanjutkan sekolah di SMPN 103 Cijantung berlokasi di Komplek Kopashanda (Kopassus) jakarta timur, Cuma bertahan satu semester (enam bulan) di SMPN 103 hingga akhirnya Chulay_212 juga harus berpindah sekolah lagi di SMPN 206 Jl.Meruya Udik (Selatan) jakarta barat karena mengikuti kakak yang tinggal di Joglo jakarta barat.
Chulay_212 kecil terkenal akan anak yang sangat pendiam dan pemalu dalam pergaulan baik di rumah maupun di sekolah, ”pernah suatu ketika chulay_212 ujian sekolah dan diharuskan duduk satu meja dengan anak perempuan, karena malunya chulay_212 sampai menangis dan tidak mau duduk berbarengan, hingga sang guru mengalah dan memindahkan chulay_212 dengan anak laki laki.”
Hingga usia 14 tahun chulay_212 berubah 180 derajat dari yang dulunya pemalu dan pendiam kini menjadi anak yang periang dan sangat mudah bergaul dengan siapapun termasuk guru-gurunya. Pada masa itu chulay_212 mengikuti kelompok Gank GRS yang kala itu sangat disegani di daerah joglo dan sekitarnya, chulay_212 dikenal dengan nama ”Steve” anak pendatang yang berhasil diterima dengan baik oleh anak-anak asli betawi kala itu,
Oktober 1986 chulay_212 mulai sedikit mengenal cinta dengan seorang gadis bernama Dian Anggraeni yang kala itu bersekolah di SMPN 142 joglo dan tinggal di Komplek DKI joglo. Satu tahun lebih chulay_212 menjalin cinta walaupun sama-sama malu bila bertemu dan kangen bila tak berjumpa,mungkin karena usia yang masih dini dan masih kekanak kanakan hingga berpegangan tanganpun malu.Sayang jalinan cinta pertama chulay_212 harus pupus di tengah jalan.
05 Juni 1987 chulay_212-Dian Anggraeni harus mengakhiri kisah cintanya.kemudian tertarik dengan gadis manis yang mempesona bernama Monitasari, gadis melankolis keturunan Pakistan yang juga tinggal didekat rumah.
12 Juni 1987 kembali chulay_212 mengukir jalinan kasih dengan gadis dari SMPN 11 jakarta bernama Ratih Purwita Sari (Wiwit) yang masih tetangga dekat dengan Dian. Cuma bertahan 2 bulan Chulay-Wiwit menjalin hubungan kasih hingga kembali kandas di tengah jalan, tepatnya tanggal 10 Agustus 1987 dengan alasan jarak yang memisahkan karena chulay_212 kembali harus tinggal di Depok untuk melanjutkan Sekolah ke jenjang tingkat atas SMA Budi Bhakti Depok. Disini chulay_212 mulai aktif dalam berorganisai diantaranya : Kepramukaan, Karang Taruna, FKPPI, AMS (Angkatan Muda Siliwangi) dan lainnya.
07 Juli 1988 chulay_212 untuk pertama kalinya mengikuti petualangan mendaki Gunung Pangrango di Cimacan-Cibodas jawa barat bersama teman lingkungan rumahnya disusul ke gunung Gede, Salak, Papandayan, Merapi, Slamet, lawu dan beberapa gunung di sekitar pulau jawa.
5 Juni 1990 chulay_212 lulus dari SMA dan kembali tinggal di Joglo jakarta barat, dan kembali menggeluti organisasi kepramukaan,
15-22 Juni 1991 Chulay_212 ikut andil dalam Jambore Nasional di Cibubur sebagi panitia di Sanggar Saka Kencana. Di acara itu juga chulay_212 kembali menjalin kasih dengan gadis dari Cipulir Kebayoran lama bernama Yuyun Kurniawati. Gadis yang telah mengubah kepribadian chulay_212 dari yang kekanak kanakan menjadi pria yang sedikit dewasa dalam pemikirannya. Dan selesai Jamnas kembali chulay_212 harus tinggal di Depok.
3-12 Juli 1992 acara Raimuna Nasional kembali digelar kali ini chulay_212 dipercayakan menjadi panitia di Sangga IPTW. Diwaktu acara itu chulay_212 harus kembali mengakhiri kisah cintanya dengan yuyun, selang berapa lama chulay mulai tertarik dengan gadis bernama Darmawati dari Meruya, Suryani dari Depok timur, Nurhayati dari Bandung, Kurnia Hibaria dari Depok Tengah, Catur Suprihatin dari Cibubur yang kesemuanya telah mengisi hari-harinya sayang semuanya harus kandas ditengah jalan karena waktu itu chulay_212 belum mempunyai pekerjaan tetap di jakarta.
Tahun 1992 Ibunda tercinta Wafat di bandung dan dikebumikan di Depok, sejak itu sampai tahun 1997 chulay_212 hidup dengan berpindah pindah tempat untuk mengikuti sang kakak diantaranya pernah tinggal di asrama Brimob Pulo gadung, Bekasi, Bandung, Yogya, Sragen bahkan untuk mengisi petualangannya chulay_212 sampai ke Ngawi (Jatim), Sanur(Bali), Lampung, Martapura (Kalsel), Muara Teweh (Kalteng).
Hingga 2 Mei 1997 chulay_212 menginjakan kakinya di bumi Cilacap Jawa tengah untuk memulai pekerjaan baru di Pelabuhan Perikanan Cilacap sebagai tenaga honorer. Chualy_212 tinggal di rumah Dinas mengikuti kakak sepupunya.
20 Agustus 1997 petualangan cinta chulay_212 diakhiri dengan hadirnya gadis bernama Wahyuningsih (Nunik) asal cilacap yang disunting pada April 1998 dan kini telah dikaruniai dua anak yang tinggal di rumah dinas PPSC hingga sekarang (2009).

Back To : chulay212

Minggu, 19 April 2009

PROFIL PPS CILACAP





SEJARAH
Gagasan pembangunan pelabuhan perikanan di daerah cilacap diawali dengan mengembangkan PPI sentolo kawat sebagai salah satu pusat kegiatan usaha penangkapan ikan di daerah Cilacap, tetapi gagasan ini tidak sejalan dengan kepentingan Pertamina karena keberadaan kapal-kapal perikanan di PPI sentolo kawat dianggap mengganggu dan membahayakan aktifitas kapal tanker Pertamina yang akan keluar masuk pelabuhan. Akhirnya dengan kesepakatan lintas sektoral dari 11 departemen terkait yang diketuai oleh Deputy V Bappenas diputuskan untuk memindahkan aktifitas kapal-kapal nelayan dari PPI sentolo kawat dengan membangun pelabuhan perikanan di Teluk Penyu dengan sumber pembiayaannya di bebankan kepada pihak pertamina.
Pembangunan PPSC tahap I dimulai pada tahun 1990 dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden RI pada tahun 1996 dengan status kelembagaan pelabuhan perikanan type B atau Nusantara. Namun dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 4 april 2001 statusnya di tingkatkan menjadi pelabuhan perikanan type A atau Samudera.
Letak geografis PPSC pada posisi 109°01’ 18,4” BT dan 107°43’ 31,2” LS di pantai selatan Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia yang dikenal memiliki potensi sumber daya ikan terutama Tuna dan Cakalang yang cukup melimpah, merupakan tempat yang sangat ideal untuk dijadikan pelabuhan pangkalan bagi kapal-kapal perikanan khususnya long line dan gill net yang beroperasi di Samudra Hindia.
Pembangunan PPSC tahap pertama dirancang untuk mampu mengakomodir kegiatan kapal perikanan dalam perkembangannya s/d tahun 2000 sudah dilengkapi dengan fasilitas antara lain terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan berbagai fasilitas penunjang lainnya. Fasilitas pokok antara lain terdiri dari bangunan pemecah gelombang, break water, dermaga, kolam dan alur pelayaran, jalan , drainase, jembatan dan lahan. Agar fasilitas-fasilitas pokok tersebut dapat dioperasionalkan maka PPSC juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas fungsional seperti ; TPI, pasar ikan, lampu suar, instalasi air bersih, pabrik es, jaringan listrik, instalasi penyaluran BBM, dock dan bengkel, kantor., alat angkut dll. Adapun fasilitas penunjang sebagai pelengkap dari fasilitas pokok dan fasilitas fungsional yang dimiliki antara lain : Balai Pertemuan Nelayan, mess operator, pos jaga, pos terpadu, tempat peribadatan, MCK, Kios Iptek, kantor pengawas perikanan dll.
Berbagai fasilitas yang telah dimiliki PPSC baik yang dibangun oleh pemerintah maupun swasta, dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai pusat pelayanan masyarakat dan kegiatan ekonomi berbasis perikanan tangkap, PPSC mampu memberikan berbagai pelayanan kepada stake holder antara lain pelayanan tambat labuh kapal-kapal perikanan, pelayanan air bersih, pelayanan BBM, pelayanan es, BAP, bongkar muat ikan, pelelangan ikan, perbaikan kapal, kavling industri, pas masuk, kesyahbandaran, perizinan kapal, pegadaian, perbankan dll.

KERAGAAN OPERASIONAL
Sebagai pusat pelayanan ekonomi, PPSC telah berhasil memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya industri baik dalam bentuk perusahaan, KUD, UBPT maupun usaha perorangan sejumlah investor yang telah menanamkan modalnya dikawasan PPSC, baik industri perikanan maupn pengusaha kecil. Adapun kegiatan dari masing-masing investor antara lain : pengolahan udang, pengolahan ikan, pengeringan ubur-ubur, pemindangan, pengasinan, penyaluran bahan alat perikanan, perbaikan kapal, perbengkelan dan berbagai kegiatan lainnya.
PPSC selaku fasilitator sekaligus sebagai pengatur pelayanan khususnya bidang perikanan tangkap dipelabuhan seperti pelayanan tambat labuh, bongkar muat kapal, pelelangan, pelayanan pra produksi dan pasca produksi, selalu berusaha memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan murah dalam bentuk pelayanan prima.
Pelayanan tambat labuh diberikan kepada semua kapal yang akan memasuki pelabuhan. Kapal-kapal yang akan masuk terlebih dahulu melaporkan kedatangannya kepada petugas Syahbandar Perikanan di pos pelayanan kapalterpadusekaligus keperluannya selama berada dalam pelabuhan dengan menyerahkan dokumen yang diperlukan seperti : pas kapal, SPI dan lain-lain. Petugas Syahbandar kemudian mengarahkan kapal ke dermaga tambat sesuai dengan keperluannya. Kapal yang akan membongkar ikan diarahkan ke dermaga bongkar di depan TPI dan kapal yang akan mengisi bahan perbekalan diarahkan ke dermaga muat. Sedangkan kapal yang akan melakukan perbaikan atau istirahat di arahkan ke dermaga istirahat. Pemilik atau ABK yang kapalnya telah menyelesaikan seluruh keperluan di pelabuhan dan akan kembali melaut kemudian melapor kepada petugas Syahbandar di pos pelayanan kapal terpadu untuk selanjutnya di terbitkan SIB. SIB akan diberikan kepada kapal perikanan yang memenuhi syarat baik administrasi maupun teknis dan telah melunasi semua kewajibannya selama berada di Pelabuhan . Jumlah frekuensi kujungan kapal di PPSC untuk periode tahun 2007 sebanyak 79.517 kali meningkat 14,58 % dibanding periode yang sama tahun 2006. Peningkatan yang signifikan ini karena adanya jaminan keamanan pelayaran bagi kapal-kapal yang akan keluar masuk pelabuhan, dengan telah selesainya pembangunan perpanjangan break water sepanjang 756,57 m sebelah utara dan 370,64 m sebelah selatan yang dibangun secara bertahap sejak tahun. 2003 s/d tahun 2007. Break water yang dibangun dengan dana sebesar Rp.62.816.081.580,50 disamping dapat memperkecil ketinggian gelombang dari 1,5 m menjadi + 0,4 m juga dapat menghambat masuknya sedimentasi dari arah laut sehingga tingkat kedalaman alur masuk pelabuhan dapat dipertahankan pada kedalaman 3 s/d 4 m pada saat air surut terendah. Untuk mengantisipasi perkembangan frekuensi kunjungan kapal baik terutama kapal berukuran > 100 gross tonage maka pada tahun 2008 telah dilaksanakan pembangunan dermaga sepanjang 85 m di kolam baru dan pengerukan kolam pelabuhan sebesar 53.177 m³.
Pemilik kapal atau ABK yang akan membongkar ikan terlebih dahulu melaporkan kepada petugas TPI dan enumerator tentang volume dan jenis ikan yang akan di bongkar untuk selanjutnya mendapat no urut bongkar.Pembongkaran ikan dari atas kapal dimonitor oleh petugas TPI dan enumerator, selanjutnya ikan yang akan dibongkardari kapal dibawa ke TPI untuk ditimbang dan dilelang.
Petugas TPI dan enumerator mencatat volume jenis ikan dan harga ikan dari setiap kapal yang bongkardan lelang.Volume ikan yang di daratkan pada periode tahun 2007 sebesar 5.880,46 ton, terjadi penurunan 9,18 % dibanding periode yang sama tahun 2006. Ikan yang di daratkan di PPSC di dominasi oleh jenis Tuna, Cakalang, Marlin dan Udang. Kualitas ikan yang di daratkan terutama Cakalang yang merupakan ikan dominan masih di bawah tingkat mutu yang di persyaratkan dengan kandungan histamin yang cukup tinggi akibat penanganan yang kurang baik diatas kapal. Untuk mengatasi penurunan mutu selama di pelabuhan, pada tahun 2007 PPSC telah membangun selasar di dermaga bongkar untuk melindungi ikan dari sengatan sinar matahari dan pemasangan lantai keramik di TPI agar lebih higienis.
Kapal yang telah membongkar ikan hasil tangkapan dan akan kembali melaut selanjutnya ditambat ke dermaga muat untuk mengisi perbekalan, sedangkan kapal yang akan istirahat untuk menunggu musim atau diadakan perawatan body kapal ditambat ke dermaga istirahat dan dock.
Pelayanan es baik untuk keperluan kapal maupun untuk kebutuhan di TPI dan tempat pengolahan di suplai dari luar pelabuhan oleh tiga perusahaan swasta dengan harga Rp.9000/balok.
Adapun kapasitas terpasang dari tiga perusahaan penyalur es ke PPSC mencapai ±51,38 ton /hari. Volume penyaluran es sebesar 1875 ton selama periode tahun 2007, dimana penyaluran tersebut masih jauh di bawah kapasitas terpasang maupun kebutuhan es yang ideal dibanding dengan volume ikan yang di daratkan. Namun demikian dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006 terjadi peningkatan 152,55 %. Pihak PPSC dan instansi terkait lainnya dalam hal ini dinas kelautan dan perikanan kabupaten cilacap terus memberikan penyuluhan kepada nelayan dan bakul ikan untuk mengunakan es dengan perbandingan yang ideal dengan volume ikan yang ditangani untuk menekan penurunan mutu ikan.
Selain mengisi es, kapal yang akan melaut juga mengisi BBM dari SPBN yang ada di dermaga muat. Penyaluran BBM di tangani oleh KUD Mino Saroyo dengan harga sesuai yang berlaku di spbu sebesar Rp. 5500/ liter untuk jenis solar. Volume penyaluran BBM solar untuk tahun 2007 sebesar 4.285,43 KL menurun 13,7 % apabila dibanding periode yang sama tahun 2006. Penurunan ini disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah menaikan harga BBM sehingga mendorong nelayan menggunakan BBM alternatif yaitu mengganti BBM solar dengan minyak tanah yang dicampur oli,guna menekan tingginya biaya operasional agar bisa tetap melaut
Untuk keperluan masak, minum dan mandi abk, kapal yang akan berangkat kelaut juga di isi air bersih. Sumber air bersih berasal dari PDAM dan disalurkan ke kapal oleh KUD Mino Saroyo dengan harga Rp.20000/ m³. Harga ini jauh diatas harga yang ditetapkan PDAM sebesar Rp.7500/ m³. Volume air yang disalurkan periode tahun 2007 sebesar 5.834,60 m³, terjadi peningkatan sebesar 28,88 % dibanding periode yang sama tahun 2006
Kapal-kapal yang telah siap dengan bahan perbekalan dan bahan alat tangkap,serta abk yang cukup melakukan operasi penangkapan ikan di laut. Sedangkan kapal yang ingin melakukan perbaikan atau perawatan menuju ke dock. Fasilitas docking kapal dengan kapasitas s/d 100 GT yang terdiri dari lima jalur slipway adalah milik PPSC tetapi operasionalnya bekerja sama dengan PT.Tegal Shipyard Utama dengan sistem sewa.
Dock yang dimiliki mampu melayani 5 kapal sekaligus dengan gross tonage sampai 100 GT/kapal. Jumlah kapal yang memanfaatkan fasilitas ini tercatat 231 kapal selama periode tahun 2007 atau naik 32 % dibanding periode yang sama tahun 2006 sebanyak 175 kapal.Untuk mengantisipasi peningkatan gross tone yang terus meningkat, pihak PPSC telah melaksanakan penurunan elevasi slipway dari 15° menjadi ± 7° pada tahun 2007, namun belum selesai 100 % sehingga pada tahun 2009 direncanakan akan dilanjutkan pelaksanaannya. Dengan penurunan elevasi ini di harapkan dapat meningkatkan kapasitas dari 100 GT menjadi 130 GT.
PPSC disamping memberikan pelayanan teknis kapal perikanan sesuai dengan tugas dan fungsinya juga memfasilitasi kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Untuk mendorong tumbuhnya unit bisnis perikanan terpadu, PPSC dengan dukungan lintas sektoral seperti pemda, PDAM, PLN, TELKOM, dan instansi lainnya telah menyiapkan lahan kavling industri seluas 12,73 ha. Sampai dengan tahun 2007 tingkat pemanfaatannya telah mencapai 38,23% atau ± 4,867 ha oleh 34 industri perikanan pengusaha besar dan 52 pengusaha kecil dengan total investasi mencapai ± Rp. 60.204 milyar. Dengan demikian masih terbuka peluang bagi calon investor baru untuk memanfaatkan sisa lahan yang ada seluas ± 4,9hα.
Pihak investor yang berminat untuk memanfaatkan kavling industri dalam kawasan PPSC dikenakan biaya pengembangan dan pemeliharaan sebesar Rp.2000 /m² /tahun dengan jangka waktu 2 s/d 20 tahun.
Dari 34 industri perikanan yang ada, 52 diantaranya industri pengolahan berbagai produk hasil perikanan sedangkan lainnya bergerak dalam bidang pergudangan dan perbengkelan untuk menunjang kegiatan industri penangkapan. Berbagai produk olahan yang dihasilkan seperti tuna dalam kaleng, udang beku dll.

TUGAS DAN FUNGSI
Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kelautan dan Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi produksi, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.06/ MEN/ 2007 tanggal 25 Januari 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan.
Pelabuhan Perikanan mempunyai tugas “Melakukan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya”. Dimana dalam pelaksanaan tugasnya Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap menyelenggarakan fungsi :
a. Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian serta pendayagunaan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan;
b. Pelayanan teknis kapal perikanan, dan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.
c. Pelayanan jasa dan fasilitasi usaha perikanan;
d. Pengembangan dan fasilitasi penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat perikanan.
e. Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan.
f. Pelaksanaan fasilitasi publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya;
g. Pelaksanaan pengawasan penangkapan sumber daya ikan, dan penanganan, pengolahan, pemasaran serta pengendalian mutu hasil perikanan;
h. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, serta pengelolaan sistem informasi;
i. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya.
j. pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan;
k. Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitasi wisata bahari.
l. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

STRUKTUR ORGANISASI
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pelabuhan perikanan maka Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan Susunan Organisasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap yang terdiri atas :
a. Kepala Pelabuhan.
b. Kepala Bagian Tata Usaha
b.1. Kasubag Umum.
b.2. Kasubag Keuangan.
c. Kepala Bidang Tata Operasional.
c.1. Kasi Kesyahbandaran Perikanan.
c.2. Kasi Pemasaran dan Informasi.
d. Kepala Bidang Pengembangan.
d.1. Kasi Sarana.
d.2. Kasi Pelayanan dan Pengembangan Usaha.
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional yang telah operasional di PPS Cilacap meliputi Jabatan fungsional Pengawas Sumberdaya Perikanan sejumlah 8 (delapan) orang, dan Pranata Humas sejumlah 2 (dua) orang.

LANDASAN HUKUM OPERASIONAL
Dalam rangka mendorong kinerja operasional PPS Cilacap maka dilaksanakan koordinasi dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundangan sebagai berikut :
1. Undang-Undang RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
2. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1985, Tentang Pembinaan Kepelabuhanan.
3. Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2002, Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Departemen Kelautan dan Perikanan.
4. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2006, tentang Perubahan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Departemen Kelautan dan Perikanan.
5. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.03/ MEN-KP/ KP.430/ 2004 tentang Mutasi Jabatan Struktural Esselon II;
6. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.13/SJ-DKP/KP.430/2004 tanggal 12 Agustus 2004 tentang Mutasi Jabatan Struktural Esselon III
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.06/ MEN/ 2007 tanggal 25 Januari 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan.
8. Surat Keputusan Menteri Perhubungan RI No. Km-35/ AL.106/ Phb-85, tanggal 5 Februari, tentang Pelabuhan Perikanan.
9. Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian No. 492/ Kpts/ IK.120/ 7/ 96 dan Menteri Perhubungan SK.1/AL.003/ Phb-96
10. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/ Kpts/ OT.210/ 10/99, tentang Koordinasi Antar Instansi Terkait.

JUMLAH DAN KOMPOSISI PEGAWAI
Sampai dengan akhir Desember 2007 jumlah pegawai dan tenaga honorer PPS Cilacap sebanyak 71 orang.
dengan rincian : 3 (tiga) orang (4%) dengan tingkat pendidikan strata 2 Teknis Perikanan, 1 (satu) orang jurusan Agribisnis dan 2 (dua) orang jurusan Manajemen Sumberdaya Perikanan. 7 (tujuh) orang (9,8%) dengan tingkat pendidikan Strata 2 Non Teknis Perikanan dengan latar belakang pendidikan magister manajemen, dari 7 (tujuh) orang tersebut yang memiliki latar belakang teknis perikanan sejumlah 6 (enam) orang. 11 (sebelas) orang (15,4 %) pendidikan teknis perikanan (S1, DIII, SUPM), 2 (dua) orang (2,8 %) pendidikan teknik sipil dan mesin, 48 (empat puluh delapan) orang (67,6 %) pendidikan non teknis perikanan.
Ditinjau dari jumlah pegawai dapat dikatakan memadai, namun dari segi komposisi pendidikan dan kualitas SDM (profesionalisme) perlu ditingkatkan dan dikembangkan, termasuk penguasaan bahasa asing. Selain daripada itu PPS Cilacap masih mempekerjakan 20 orang tenaga kontrak untuk menangani keamanan dan kebersihan kawasan, khusus tenaga kebersihan dengan jumlah 13 orang dirasakan masih belum mencukupi untuk menangani kawasan pelabuhan yang mencapai 30 ha.

PENGEMBANGAN PEGAWAI
Pembinaan terhadap pegawai Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pegawai melalui berbagai pelatihan/kursus dan apresiasi dengan maksud :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas serta menumbuhkan motivasi bagi pegawai.
2. Memberikan pemahaman kepada para staf akan pentingnya disiplin, loyalitas dan tanggung jawab.
3. Memberikan kesempatan kepada pegawai dalam meningkatkan karier.
Pendidikan dan pelatihan, kursus dan apresiasi yang telah diikuti oleh pegawai PPS Cilacap yang diselenggarakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan, disajikan sebagaimana pada lampiran 2.
Dalam rangka meningkatkan motivasi kerja pegawai maka rewards and punishment system ditetapkan berdasarkan beberapa kriteria. Pegawai yang berprestasi diberikan penghargaan berupa sertifikat dan kesempatan studi banding. Pegawai berprestasi akan diberikan kesempatan untuk study banding ke Pelabuhan Perikanan di luar Pulau Jawa.
Dalam tahun 2007 terdapat 11 pegawai yang telah berhasil memperoleh kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi dari sebelumnya serta 40 pegawai memperoleh kenaikan gaji berkala. Penghargaan terhadap pegawai yang telah melampaui pengabdian selama 10 (sepuluh), (dua puluh) dan (tiga puluh) tahun telah diterimakan kepada 6 pegawai PPS Cilacap bertepatan dengan upacara bendera pada tanggal 17 Agustus 2007 berupa Piagam Satya Lencana Karya Satya . Kenaikan pangkat dan kenaikan gaji berkala serta Piagam penghargaan diberikan bagi pegawai yang telah memenuhi syarat dan ketentuan sebagai wujud penghargaan atas pengabdian pegawai.
Selain pembinaan yang diarahkan untuk meningkatkan karier dan kemampuan pegawai, maka dalam rangka untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai PPS Cilacap maka setiap hari senin dilakukan apel pagi serta setiap tanggal 17 dilaksanakan apel bendera yang wajib diikuti oleh seluruh pegawai PPS Cilacap. Kepala Pelabuhan selaku pembina upacara memberikan pengarahan kepada seluruh pegawai. Secara periodik utamanya pada hari Senin dilakukan rapat mingguan pejabat structural plus (Eselon III dan IV) maupun secara keseluruhan. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan semangat kerja dan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan minggu sebelumnya dan sekaligus merumuskan upaya pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Rapat Paripurna dengan melibatkan seluruh pegawai dilaksanakan setiap triwulan untuk memberikan arahan dan sekaligus sharing dari pegawai dan bersifat dialog sebagai wujud demokrasi.
Salah satu upaya untuk menjaga kebugaran dan keseimbangan kondisi fisik pegawai sehubungan dengan tugasnya yang banyak memerlukan energi, maka setiap hari Jum’at dilaksanakan kegiatan olah raga senam kesegaran jasmani. Bagi pegawai yang berminat diberikan kesempatan sepakbola, volley ball, tenis lapangan, tenis meja dan badminton setelah SKJ.
Acara halal bihalal dan serangkaian kegiatan keagamaan seperti nuzulul qur’an dan buka puasa bersama telah dapat dilaksanakan pada bulan suci ramadhan. Disamping itu untuk meningkatkan keakraban antar karyawan dan juga antar keluarga telah dilaksanakan kegiatan family gathering yang pada tahun 2008 dilaksanakan di Bumi Perkemahan Baturaden Purwokerto, acara yang dipandu oleh event organizer ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2008 dengan diikuti oleh sebagian besar karyawan dan keluarganya. Kegiatan ini diharapkan memberikan pengalaman berharga bagi peserta untuk saling mengetahui dan memahami karakter masing-masing serta untuk saling membantu dan menanggung beban sesama. Kegiatan-kegiatan serupa direncanakan akan terus dilaksanakan pada tahun-tahun mendatang.

KESEJAHTERAAN PEGAWAI
Kesejahteraan pegawai ditempuh melalui berbagai upaya antara lain:
1. Pembinaan dan pengembangan koperasi pegawai. Usaha koperasi pegawai meliputi simpan pinjam, penyaluran BBM, pengelolaan kantin, dan aneka usaha lainnya.
2. Mendorong pegawai menjadi peserta asuransi kesehatan (PT. Askes Indonesia).
3. Menyediakan minuman untuk semua pegawai pada jam kerja.
4. Menyediakan seragam olah raga, sepatu olah raga, dan topi.
5. Memberikan tali kasih (kado) dan ucapan selamat bagi pegawai yang berulang tahun.
6. Merenovasi semua rumah dinas ( mess operator) pegawai.

PENGABDIAN MASYARAKAT
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya guna memberikan fasilitasi kepada segenap pengguna jasa di Pelabuhan Perikanan Samudaera Cilacap sudah barang tentu tidak terlepas daripada interaksi dengan seluruh komponen masyarakat dan aparatur Pemerintahan Daerah setempat. Keberadaan PPS Cilacap di Kabupaten Cilacap sudah merupakan satu kesatuan yang dianggap mempunyai konstribusi positip guna meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan pendapatan masyarakat nelayan khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Meningkatnya fungsi PPS Cilacap sebagai tempat pengambilan data dan penelitian ditunjukan dengan semakin banyaknya Sekolah dan perguruan tinggi terkemuka di Jawa Tengah, DKI, DIY dan Jawa Barat yang menjadikan PPSC sebagai tempat kajian dan penelitian diantaranya; Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Institut Pertanian Bogor, SUPM Negeri Tegal dll, demikian pula peran serta dalam hal memberikan kesempatan terhadap siswa-siswi untuk kegiatan magang, hal demikian akan terus menerus diupayakan dan ditingkatkan sehingga peran dan keberadaan PPS Cilacap bermanfaat dan berkonstribusi positif bagi masyarakat luas. Demikian pula dalam memberikan layanan informasi terhadap LSM dan wartawan, saat ini telah tersedia unit layanan informasi/ publikasi yang ditangani oleh SDM fungsional pranata humas, sehingga segala yang berkaitan tentang kinerja PPS Cilacap dapat diketahui oleh pengguna pelabuhan.

Back To : chulay212

Jumat, 17 April 2009

Istana Cipanas Dulu Vila Milik Baron van Imhoff


Foto: Istana Cipanas, dulu merupakan rumah peristirahatan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff, dibangun tahun 1942-1945. (foto: istimewa)

Kata Cipanas berasal dari bahasa Sunda, "ci" atau "cai" yang berarti air dan panas yang berarti panas juga dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut menjadi nama sebuah desa, yaitu desa Cipanas. Di tempat itu terdapat sumber air panas yang mengandung belerang. Desa itu berada dalam wilayah kompleks Istana Kepresidenan Cipanas. Terletak di kaki Gunung Gede, bangunan yang kini menjadi Istana Cipanas sejak awal memang digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi para Gubernur Jenderal, bukan gedung pemerintahan atau rumah dinas seperti Istana Bogor atau Istana Merdeka.
Penciptanya adalah Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff ketika sedang melakukan ekspedisi bersama timnya ke kawasan Batavia, Cisarua, dan Cipanas. Pada suatu sore rombongan Van Imhoff tiba di sebuah sumber air panas yang menyembur di bawah sebatang pohon karet munding. Ia segera berhasrat membangun sebuah rumah peristirahatan di tempat itu. Bahkan ia langsung mengutus juru ukur untuk membuat peta dan mematok kapling untuk bangunan yang dicita-citakannya.

Pada tahun 1942, rumah peristirahatan di Cipanas tersebut mulai dibangun. Tukang-tukang kayu didatangkan khusus dari Tegal dan Banyumas, Jawa Tengah, tempat para perajin yang dikenal piawai dan rapi buatannya. Sketsa dasar bangunannya dibuat Van Imhoff sendiri. Vila itu selesai empat tahun kemudian. Selama masa pembangunan itu, Van Imhoff sering datang menengok sekaligus untuk berendam air panas. Dokter pribadinya bahkan menyarankan untuk minum air dari sumber itu yang diketahui mengandung belerang dan zat besi, dicampur susu karena mempunyai khasiat pertumbuhan.

Di Vila Cipanas itu pulalah Van Imhoff meninggal pada tahun 1750, setelah sakit selama dua bulan. Jenazahnya dimakamkan di Tanahabang, Jakarta, dengan upacara kebesaran militer. Ketika rumah peristirahatan itu dibangun, Van Imhoff tidak membayangkan bahwa 2,5 abad kemudian jalan di depan puri itu akan ramai. Menurut catatan lama, bangunan itu bahkan tidak tampak dari jalan. Terlindung di balik pepohonan tinggi ketika pertama kali dibangun dulu. Sumber air panasnya sendiri yang menjadi alasan utama pendirian rumah peristirahatan itu berada lebih dari seratus meter di belakang bangunan induk.

Istana Cipanas ini tidak pernah dianggap sebagai puri resmi. Tidak semua Gubernur Jenderal Hindia Belanda pernah menggunakan istana ini untuk peristirahatan, khususnya pada abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Di masa pendudukan Jepang, para pemimpin tentara dan pembesar Jepang yang memang senang berendam air panas selalu singgah di Cipanas dalam perjalanan antara Jakarta dan Bandung.

Sebagai tempat peristirahatan, Istana Cipanas memang tidak banyak berperan sebagai tempat kejadian-kejadian bersejarah. Namun di sinilah Presiden Soekarno pada 13 Desember 1965 mengadakan sidang kabinet untuk memutuskan perubahan nilai uang dari Rp 1.000 menjadi Rp 1. Kebijakan ini pada waktu itu populer dengan sebutan “sanering”. Dan meskipun Istana Cipanas tidak dirancang untuk menerima tamu negara, Ratu Juliana dari Belanda pernah singgah di sini pada 1971.

Bulan Febuari 2008 lalu, Ibu Ani Bambang Yudhoyono memperkenalkan Istana Kepresidenan Cipanas kepada para Duta Besar Wanita dan para istri Duta Besar negara-negara sahabat yang sedang bertugas di Indonesia dalam acara Friendship Gathering. Kepada lebih kurang 400 undangan Ibu Ani menjelaskan tentang sejarah Istana Cipanas. "Istana Cipanas adalah satu dari enam Istana Kepresidenan di Indonesia. Terletak antara Jakarta dan Bandung dan diapit oleh Gunung Gede dan Gunung Pangrango, membuat udara di Istana ini sangat sejuk. Semoga anda semua bisa menikmati keindahan Istana Cipanas dan keragaman budaya Indonesia," kata Ibu Ani. (osa)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/pernak-pernik/2008/04/07/118.html

Back To : chulay212

Sudut Istana Cipanas


Gedung Induk dan Paviliun Istana Cipanas

Berbeda dengan keempat Istana Kepresidenan yang lain, gaya arsitektur Istana Kepresidenan Cipanas tidak terkesan megah namun anggun karena bangunannya bercirikan khas gaya tradisional. Sebagian besar bangunannya terbuat dari papan dan kayu. Terlihat sekali usaha untuk menjaga kelestarian dan kekhasan bangunan itu, karena sampai saat ini pemugaran atau renovasi tidak pernah mengganggu gaya arsitektur istana tersebut.

Istana Kepresidenan Cipanas terdiri dari sebuah bangunan induk, enam unit paviliun, satu unit gedung khusus, dan dua unit bangunan lain yaitu bangunan untuk penampungan sumber air panas dan sebuah masjid. Bangunan induk yang secara resmi disebut Gedung Induk Istana Kepresidenan Cipanas berdiri di atas areal seluas 982 meter persegi. Sesuai dengan namanya, gedung ini merupakan gedung yang paling besar jika dibandingkan dengan gedung-gedung lainnya yang ada di kompleks istana ini.

Gedung Induk merupakan gedung peristirahatan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani juga sudah beberapa kali menggunakan Istana Cipanas untuk beristirahat atau melaksanakan suatu acara di tempat ini. Arsitektur gedung ini sangat cantik. Serambi gedung ini dibuat tinggi, untuk mencapainya harus melewati sebelas anak tangga.

Sesuai dengan fungsinya, Gedung Induk Istana Kepresidenan Cipanas terdiri dari ruang tamu, ruang tidur, ruang kerja, ruang rias, ruang makan, dan serambi belakang. Secara khusus, ruang tamunya berupa bangunan panggung yang berlantaikan kayu. Seluruh ruang dalam Gedung Induk ditutupi permadani yang menghampar.

Sementara itu, di sekitar halaman belakang Gedung Induk berdiri enam buah paviliun istana yang pembangunannya dilakukan secara bertahap. Keenam buah paviliun tersebut diberi nama sesuai dengan nama tokoh pewayangan yaitu, Paviliun Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa dan Abimanyu. Terletak agak terpisah dari sekitar Gedung Induk dan keenam paviliun itu terdapat dua bangunan lainnya yang diberi nama Paviliun Tumaritis I dan Tumaritis II.

Dalam setiap paviliun terdapat ruang tamu, ruang tidur, ruang rias, dan ruang makan. Aneka lukisan yang indah karya pelukis dalam dan luar negeri menghiasi sebagian besar dinding-dinding paviliun. Sesuai dengan lingkungan alamnya, lukisan keenam paviliun ini cenderung bertemakan pemandangan alam, pegunungan, dan pepohonan. (osa)

http://www.presidenri.go.id/index.php/sudutistana/2009/03/16/88.htm


Back To : chulay_212

SEJARAH ISTANA NEGARA


Istana Negara dibangun tahun 1796 untuk kediaman pribadi seorang warga negara Belanda J.A van Braam. Pada tahun 1816 bangunan ini diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda dan digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta kediaman para Gubernur Jendral Belanda. Karenanya pada masa itu istana ini disebut juga sebagai Hotel Gubernur Jendral.


Pada mulanya bangunan yang berarsitektur gaya Yunani kuno itu bertingkat dua, namun pada tahun 1848 bagian atasnya dibongkar, dan bagian depan lantai bawah dibuat lebih besar untuk memberi kesan lebih resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah yang bertahan sampai sekarang, tanpa perubahan yang berarti. Luas bangunan ini lebih kurang 3.375 meter persegi.

Sesuai dengan fungsi istana ini, pajangan serta hiasannya cenderung memberi suasana sangat resmi. Bahkan kharismatik. Ada dua buah cermin besar peninggalan pemerintah Belanda, disamping hiasan dinding karya pelukis - pelukis besar, seperti Basoeki Abdoellah.

Banyak peristiwa penting yang terjadi di Istana Negara. Diantaranya ialah ketika Jendral de Kock menguraikan rencananya kepada Gubernur Jendral Baron van der Capellen untuk menindas pemberontakan Pangeran Diponegoro dan merumuskan strateginya dalam menghadapi Tuanku Imam Bonjol. Juga saat Gubernur Jendral Johannes van de Bosch menetapkan sistem tanam paksa atau cultuur stelsel. Setelah kemerdekaan, tanggal 25 Maret 1947, di gedung ini terjadi penandatanganan naskah persetujuan Linggarjati. Pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Sjahrir dan pihak Belanda oleh Dr. Van Mook.

Istana Negara berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, diantaranya menjadi tempat penyelenggaraan acara - acara yang bersifat kenegaraan, seperti pelantikan pejabat - pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah, dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres bersifat nasional dan internasioal, dan tempat jamuan kenegaraan.

Sejak masa pemerintahan Belanda dan Jepang sampai masa pemerintahan Republik Indonesia, sudah lebih kurang 20 kepala pemerintahan dan kepala negara yang menggunakan Istana Negara sebagai kediaman resmi dan pusat kegiatan pemerintahan Negara.

(Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI,2004)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/sejarah/negara.html

Back To : chulay212

SEJARAH ISTANA MERDEKA


Istana Merdeka mulai dibangun pada tahun 1873 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Louden dan selesai pada tahun 1879 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Johan Willem van Landsbarge. Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 2.400 meter persegi, oleh arsitek Drossares. Istana Negara juga dikenal dengan nama Istana Gambir.

Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, istana ini menjadi saksi sejarah dilakukannya penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Republik Indonesia Serikat diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan Kerajaan Belanda diwakili oleh A.H.J Lovink, Wakil Tinggi Mahkota di Indonesia.

Setelah penandatanganan naskah kedaulatan Republik Indonesia Serikat, bendera merah putih dikibarkan menggantikan bendera Belanda, bersamaan dengan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya dan pekik merdeka oleh bangsa Indonesia. Sejak saat itu nama Istana Gambir diganti menjadi Istana Merdeka.

(Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI,2004)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/sejarah/merdeka.html

Back To : chulay212

SEJARAH ISTANA BOGOR


Berawal dari keinginan orang - orang Belanda yang bekerja di Batavia ( kini Jakarta ) untuk mencari tempat peristirahatan. Karena mereka beranggapan bahwa kota Batavia terlalu panas dan ramai, sehingga mereka perlu mencari tempat - tempat yang berhawa sejuk di luar kota Batavia.

Gubernur Jendral Belanda bernama G.W. Baron van Imhoff, ikut melakukan pencarian itu dan berhasil menemukan sebuah tempat yang baik dan strategis di sebuah kampung yang bernama Kampong Baroe, pada tanggal 10 Agustus 1744.

Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1745 Gubernur Jendral van Imhoff ( 1745 - 1750 ) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg, ( artinya bebas masalah / kesulitan ). Dia sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jendral Jacob Mossel yang masa dinasnya 1750 - 1761

Dalam perjalanan sejarahnya, bangunan ini sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750 - 1754.

Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels ( 1808 - 1811 ), pesanggrahan tersebut diperluas dengan memberikan penambahan baik ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal.

Kemudian pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen ( 1817 - 1826 ), dilakukan perubahan besar - besaran. Sebuah menara di tengah - tengah gedung induk didirikan sehingga istana semakin megah, Sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817.
Gedung ini kembali mengalami kerusakan berat, ketika terjadi gempa bumi yang pada tanggal 10 oktober 1834.

Pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist ( 1851 - 1856 ), bangunan lama sisa gempa dirubuhkan sama sekali. Kemudian dengan mengambil arsitektur eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung. Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager ( 1856 - 1861 ). Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda.

Akhir perang dunia II, Jepang menyerah kepada tentara Sekutu, kemudian Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Barisan Keamanan Rakyat ( BKR ) sempat menduduki Istana Buitenzorg untuk mengibarkan bendera merah putih. Istana Buitenzourg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kembali kepada pemerintah republik ini pada akhir tahun 1949. Setelah masa kemerdekaan , Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia pada bulan Januari 1950.

Kepustakaan dan Benda Seni

Istana Kepresidenan Bogor mempunyai koleksi buku sebanyak 3.205 buah yang daftarnya tersedia di kepustakaan istana. Istana ini menyimpan banyak benda seni, baik yang berupa lukisan, patung, serta keramik dan benda seni lainnya. Hingga kini lukisan yang terdapat di istana ini adalah 448 buah, dimana judul/nama lukisan itu, pelukisnya, tahun dilukisnya, tersedia dalam bentuk daftar sehingga memudahkan siapa saja yang ingin memperoleh informasi tentang lukisan tersebut. Begitu pula halnya dengan patung dengan aneka bahan bakunya. Di istana ini terdapat patung sebanyak 216 buah.

Di samping lukisan dan patung, Istana Bogor juga mengoleksi keramik sebanyak 196 buah. Semua itu tersimpan di museum istana, di samping yang dipakai sebagai pemajang di setiap ruang/bangunan istana.

(Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI,2004)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/sejarah/bogor.html

Back To : chulay212

SEJARAH ISTANA CIPANAS


Kata cipanas berasal dari bahasa Sunda; ci atau cai artinya air, dan panas yaitu panas dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut menjadi nama sebuah desa, yakni Desa Cipanas karena di tempat ini terdapat sumber air panas yang mengandung belerang.

Istana Kepresidenan Cipanas bermula dari sebuah bangunan yang didirikan pada tahun 1740 oleh pemiliknya pribadi, seorang tuan tanah Belanda bernama Van Heots. Namun pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, tepatnya mulai pemerintahan Gubernur Jenderal G.W. Baron van Imhoff (1743), karena daya tarik sumber air panasnya, dibangun sebuah gedung kesehatan di sekitar sumber air panas tersebut. Kemudian, karena kharisma udara pegunungan yang sejuk serta alamnya yang bersih dan segar, bangunan itu sempat dijadikan tempat peristirahatan para Gubernur Jenderal Belanda.

Sejak didirikannya pada masa pemerintahan Belanda, Istana Kepresidenan Cipanas difungsikan sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan. Akan tetapi sekeliling alamnya yang amat indah menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjungnya, sehingga pada masa pemerintahan van Imhoff itu, tempat persinggahan/peristirahatan sempat beralih fungsi. Karena kekuatan sumber air panas yang mengandung belerang itu dan karena udara pegunungan yang sejuk dan bersih, tempat ini pernah dijadikan gedung pengobatan bagi anggota militer Kompeni yang perlu mendapat perawatan.

Komisaris Jenderal Leonard Pietr Josef du Bus de Gisignies, misalnya, tercatat yang paling senang mandi air belerang itu. Demikian pula halnya dengan Carel Sirardus Willem Graaf van Hogendorp, sekretarisnya (1820-1841). Selain itu Herman Willem Daendeles (1808-1811) dan Thomas Stanford Raffles (1811-1816) pada masa dinasnya menempatkan beberapa ratus orang di tempat tersebut; sebagian basar dari mereka bekerja di kebun apel dan kebun bunga serta di penggilingan padi, di samping yang mengurus sapi, biri - biri, dan kuda.

Secara fisik, sejak berdirinya hingga kini, perjalanan riwayat Istana Cipanas banyak berubah. Secara bertahap, dari tahun ke tahun, istana ini bertambah dan bertambah. Mulai dari tahun 1916, masih pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, tiga buah bangunan berdiri di dalam kompleks istana ini. Kini ketiganya dikenal dengan nama Paviliun Yudhistira, Paviliun Bima, dan Paviliun Arjuna.

Sembilan tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1954 di masa dinas Presiden I Republik Indonesia, Soekarno, didirikan sebuah bangunan mungil, terletak di sebelah belakang Gedung Induk. Berbeda dari gedung-gedung lainnya, sekeliling dinding tembok luar serta pelataran depan dan samping bangunan ini berhiaskan batu berbentuk bentol. Dengan mengambil bentuk hiasan tembok serta pelatarannya itulah, nama gedung ini terdengar unik, yaitu Gedung Bentol. (Bentol dari bahasa sunda; padanannya dalam bahasa Indonesia bentol juga, seperti bekas gigitan nyamuk).

Dua puluh sembilan tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1983, semasa Presiden II Republik Indonesia, Soeharto, dua buah paviliun lainnya menyusul berdiri, yaitu Paviliun Nakula dan Paviliun Sadewa.

Istana Kepresidenan Cipans juga pernah difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga oleh beberapa keluarga Gubernur Jenderal Belanda. Yang pernah menghuni bangunan itu adalah keluarga Andrias Cornelis de Graaf (yang masa pemerintahannya 1926 -1931), Bonifacius Cornelius de Jonge (1931), dan yang terakhir, yang bersamaan dengan datangnya masa pendudukan Jepang (1942), adalah Tjarda van Starkenborg Stachourwer.

Setelah kemerdekaan Indonesia, secara resmi gedung tersebut ditetapkan sebagai salah satu Istana Kepresidenan Republik Indonesia dan fungsinya tetap digunakan sebagai tempat peristirahatan Presiden atau Wakil Presiden Republik Indonesia beserta keluarganya.

Istana Kepresidenan Cipanas ini juga mencatat peristiwa penting dalam sejarah garis haluan perekonomian Indonesia, yaitu bahwa pada tanggal 13 Desember 1965, Ruang Makan Gedung Induk, pernah difungsikan sebagai tempat kabinet bersidang dalam rangka penetapan perubahan nilai uang dari Rp1.000,00 menjadi Rp1,00, tepatnya pada masa Presiden Republik Indonesia Soekarno dan pada waktu Menteri Keuangan dijabat oleh Frans Seda.

Sesuai dengan fungsi Istana Kepresidenan Cipanas, tidak digunakan untuk menerima tamu negara. Namun, pada tahun 1971, Ratu Yuliana pun meluangkan waktunya untuk singgah di istana ini ketika berkunjung ke Indonesia.

(Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI, 2004)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/sejarah/cipanas.html

Back To : chulay212

SEJARAH ISTANA TAMPAK SIRING


Nama Tampaksiring diambil dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu tampak (yang bermakna 'telapak ') dan siring (yang bermakna 'miring'). Menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas telapak kaki seorang Raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, tetapi bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya dewa serta menyuruh rakyatnya menyembahnya. Sebagai akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan balatentaranya untuk menghacurkannya. Namun, Mayadenawa berlari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap agar para pengejarnya tidak mengenali bahwa jejak yang ditinggalkannya itu adalah jejak manusia, yaitu jejak Mayadenawa.

Usaha Mayadenawa gagal. Akhirnya ia ditangkap oleh para pengejarnya. Namun, sebelum itu, dengan sisa-sisa kesaktiannya ia berhasil menciptakan mata air beracun yang menyebabkan banyak kematian bagi para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air ciptannya itu. Batara Indra pun menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun tersebut. Air Penawar racun itu diberi nama Tirta Empul (yang bermakna 'airsuci'). Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa denagn berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah wilayah ini dikenal dengan nama Tampaksiring.

Menurut riwayatnya, disalah satu sudut kawasan Istana Tampaksiring, menghadap kolam Tirta Empul di kaki bukit, dulu pernah ada bangunan peristirahatan milik Kerajaan Gianyar. Di atas lahan itulah sekarang berdiri Wisma Merdeka , yaitu bagian dari Istana Tampaksiring yang pertama kali dibangun.

Istana Kepresidenan Tampaksiring berdiri atas prakarsa Presiden I Republik Indonesia, Soekarno, sehingga dapat dikatakan Istana Kepresidenan Tampaksiring merupakan satu-satunya istana yang dibangun pada masa pemerintahan Indonesia.

Pembangunan istana dimulai taun 1957 hingga tahun 1960. Namun, dalam rangka menyongsong kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV (ASEAN Summit XIV) yang diselenggarakan pada tanggal 7-8 Oktober 2003, Istana Tampaksiring menambahkan bangunan baru berikut fasilitas - fasilitasnya, yaitu gedung untuk Konferensi dan untuk resepsi. Selain itu, istana juga merenovasi Balai Wantilan sebagai gedung pagelaran kesenian.

Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun secara bertahap. Arsiteknya ialah R.M Soedarsono. Yang pertama kali dibangun adalah Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira, yakni pada tahun 1957. Pembangunan berikutnya dilaksanakan tahun 1958, dan semua bangunan selesai pada tahun 1963. Selanjutnya, untuk kepentingan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV, yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 7-8 Oktober 2003, Istana dibangun gedung baru untuk Konferensi beserta fasilitas-fasilitasnya dan merenovasi Balai Wantilan. Kini Tampaksiring juga memberikan kenyamanan kepada pengunjungnya (dalam rangka kepariwisataan) dengan membangun pintu masuk tersendiri yang dilengkapi dengan Candi Bentar, Koro Agung, serta Lapangan Parkir berikut Balai Bengongnya.

Sejak dirancangnya / direncanakan, pembangunan Istana Kepresidenan Tampaksiring difungsikan untuk tempat peristirahatan bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga dan bagi tamu-tamu negara. Usai pembangunan istana ini, yang pertama berkunjung dan bermalam di istana adalah pemrakarsanya, yaitu Presiden Soekarno. Tamu Negara yang bertama kali menginap di istana ini ialah Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand, yang berkunjung ke Indonesia bersama permaisurinya, Ratu Sirikit (pada tahun 1957).

Menurut catatan, tamu-tamu negara yang pernah berkunjung ke Istana Kepresidenan Tampaksiring, antara lain adalah Presiden Ne Win dari Birma ( sekarang Myanmar), Presiden Tito dari Yugoslavia, Presiden Ho Chi Minh dari Vietnam, Perdana Menteri Nehru dari India, Perdana Menteri Khruchev dari Uni Soviet, Ratu Juliana dari Negeri Belanda, dan Kaisar Hirihito dari Jepang.

(Istana Kepresidenan RI , 2004, Sekretariat Presiden RI)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/sejarah/tampak.html

Back To : chulay212

SEJARAH GEDUNG AGUNG YOGYAKARTA


Istana kepresidenan Yogyakarta awalnya adalah rumah kediaman resmi residen Ke-18 di Yogyakarta (1823-1825). Ia seorang Belanda bernama Anthonie Hendriks Smissaert, yang sekaligus merupakan penggagas atau pemrakarsa pembangunan Gedung Agung ini. Gedung ini didirikan pada bulan Mei 1824 di masa penjajahan Belanda. Ini berawal dari keinginan adanya "istana" yang berwibawa bagi residen-residen Belanda. Arsiteknya bernama A. Payen; dia ditunjuk oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada masa itu. Gaya bangunannya mengikuti arsitektur Eropa yang disesuaikan dengan iklim tropis.

Pecahnya Perang Diponogero (1825-1830), yang oleh Belanda disebut Perang Jawa, mengakibatkan pembangunan gedung jadi tertunda. Musibah / gempa bumi terjadi dua kali pada hari yang sama, menyebabkan tempat kediaman resmi residen Belanda itu runtuh. Namun bangunan baru didirikan dan rampung pada tahun 1869. Bangunan inilah yang menjadi Gedung Induk Kompleks Istana Kepresidenan Yogyakarta, yang kini disebut Gedung Negara.

Sejarah juga mencatat bahwa pada tanggal 19 Desember 1927, status administratif wilayah Yogyakarta sebagai karesidenan ditingkatkan menjadi provinsi. Penguasa tertinggi Belanda bukan lagi residen, melainkan gubernur. Dengan demikian, gedung utama yang selesai dibangun pada 1869 tersebut menjadi kediaman para gubernur Belanda di Yogyakarta hingga masuknya pendudukan Jepang. Beberapa Gubernur Belanda yang mendiami gedung tersebut adalah J.E Jasper (1926-1927), P.R.W van Gesseler Verschuur (1929-1932), H.M de Kock (1932-1935), J. Bijlevel (1935-1940), serta L Adam (1940-1942). Pada masa pendudukan Jepang, istana ini menjadi kediaman resmi penguasa Jepang di Yogyakarta, yaitu Koochi Zimmukyoku Tyookan.

Riwayat Gedung Agung itu menjadi sangat penting dan sangat berarti tatkala pemerintahan Republik Indonesia hijrah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pada tanggal 6 Januari 1946, Yogyakarta yang mendapat julukan Kota Gudeg tersebut resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang masih muda, dan istana itu pun berubah menjadi Istana Kepresidenan sebagai kediaman Presiden Soekarno, Presiden I Republik Indonesia, beserta keluarganya. Sementara Wakil Presiden Mohammad Hatta dan keluarga ketika itu tinggal di gedung yang sekarang ditempati Korem 072 / Pamungkas, yang tidak jauh dari kompleks istana.

Sejak itu, riwayat istana (terutama fungsi dan perannya) berubah. Pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI (pada tanggal 3 Juni 1947), diikuti pelantikan sebagai Pucuk Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia (pada tanggal 3 Juli 1947), serta lima Kabinet Rebulik yang masih muda itu pun dibentuk dan dilantik di Istana ini pula.

Pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948, Yogyakarta digempur oleh tentara Belanda di bawah kepemimpinan Jenderal Spoor. Peristiwa yang dikenal dengan Agresi Militer II itu mengakibatkan Presiden, Wakil Presiden, Perdana Menteri, beserta beberapa pembesar lainnya diasingkan ke luar Pulau Jawa, tepatnya ke Brastagi dan Bangka, dan baru kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949. Mulai tanggal tersebut, istana kembali berfungsi sebagai tempat kediaman resmi Presiden. Namun, sejak tanggal 28 Desember 1949, yaitu dengan berpindahnya Presiden ke Jakarta, istana ini tidak lagi menjadi kediaman Presiden.

Sebuah peristiwa sejarah yang tidak dapat diabaikan adalah fungsi Gedung Agung pada awalnya berdirinya Republik Indonesia (tanggal 3 Juni 1947). Pada saat itu Gedung Agung berfungsi sebagai tempat pelantikan Jenderal Soedirman, selaku Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI). Selain itu, selama tiga tahun (1946-1949), gedung ini berfungsi sebagai tempat kediaman resmi Presiden I Republik Indonesia.

Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada masa dinas Presiden II RI, sejak tanggal 17 April 1988, Istana Kepresidenan Yogyakarta/Gedung Agung juga digunakan untuk penyelenggaraan Upacara Taruna-taruna Akabri Udara yang Baru, dan sekaligus Acara Perpisahan Para Perwira Muda yang Baru Lulus dengan Gubernur dan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan, sejak tanggal 17 Agustus 1991, secara resmi Istana Kepresidenan Yogyakarta / Gedung Agung digunakan sebagai tempat memperingati Detik-Detik Proklamasi untuk Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sejalan dengan fungsinya kini, lebih dari 65 kepala negara dan kepala pemerintahan dan tamu-tamu negara, telah berkunjung atau bermalam di Gedung Agung itu. Tamu negara yang pertama berkunjung ke gedung itu adalah Presiden Rajendra Prasad dari India (1958). Pada tahun enam puluhan, Raja Bhumibol Adulyajed dari Muangthai (1960) dan Presiden Ayub Khan dari Pakistan (1960) berkunjung dan bermalam di gedung ini. Setahun kemudian (1961), tamu negara itu adalah Perdana Menteri Ferhart Abbas dari Aljazair. Pada tahun tujuh puluhan, yang berkunjung adalah Presiden D. Macapagal dari Filipina (1971), Ratu Elizabeth II dari Inggris (1974), serta Perdana Menteri Srimavo Bandaranaike dari Sri Langka (1976).

Kemudian, pada tahun delapan puluhan, tamu negara itu adalah Perdana Menteri Lee Kuan Yeuw dari Singapura (1980), Yang Dipertuan Sultan Bolkiah dari Brunei Darussalam (1984). Tamu-tamu penting lain yang pernah beristirahat di Gedung Agung, antara lain, Putri Sirindhom dari Muanghthai (1984), Ny. Marlin Quayle, Isteri Wakil Presiden Amerika Serikat (1984), Presiden F. Mitterand dari Perancis (1988), Pangeran Charles bersama Putri Diana dari Inggris (1989), dan Kepala Gereja Katolik Paus Paulus Johannes II (1989).

Pada tahun sembilan puluhan, para tamu agung yang berkunjung ke Gedung Agung itu adalah Yang Dipertuan Agung Sultan Azlan Shah dari Malaysia (1990), Kaisar Akihito Jepang (1991), dan Putri Basma dari Yordania (1996).

(Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI,2004)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/sejarah/yogya.html

Back To : chulay212

PROFIL GEDUNG AGUNG YOGYAKARTA


Istana Kepresidenan Yogyakarta terletak di ujung selatan jalan Akhmad Yani, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kotamadya Yogyakarta. Kompleks Istana yang berada pada ketinggian 120 meter dpl. ini dibangun di atas lahan seluas 43.585 M2. Terletak di pusat keramaian kota, jantung kota Yogyakarta, menghadap ke timur berseberangan dengan Museum Benteng Vredeburg, bekas benteng belanda.

Istana kepresidenan Yogyakarta dikenal juga dengan nama Gedung Agung atau Gedung Negara. Penamaan itu berkaitan dengan salah satu fungsi gedung utama istana, yaitu sebagai tempat penerimaan tamu-tamu agung. Istana ini merupakan salah satu istana dari keempat istana kepresidenan lainnya, yang memiliki peran amat penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan dan kehidupan bangsa Indonesia.

Secara umum, proses pengembangan bagian-bagian Istana Kepresidenan Yogyakarta tidak banyak berubah, baik dari gedung induknya: Gedung Agung, juga wisma -wismanya seperti Wisma Negara, Wisma Indraphrasta, Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu, dan Wisma Saptapratala.

Selain keempat wisma tersebut, sejak 20 September 1995, kompleks Seni Sono seluas 5.600 meter persegi yang terletak di sebelah selatan, yang semula milik Departemen Penerangan, kini menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Yogyakarta. Cukup lumayan dilakukan penataan ulang terhadap istana ini; contohnya Ruang Kesenian direnovasi, kursi-kursi dan lampu hiasnya diganti. Dari segi perabot / perlengkapan tampak kesesuaian antara fungsi kamar / ruang dengan perabotan / peralatan yang mengisinya, bahkan termasuk benda - benda seni bernilai tinggi yang ada di dalamnya.

Sejak didirikan dua abad yang lalu hingga kini, Gedung Induk kompleks Istana Kepresidenan Yogyakarta tidak pernah berubah; bentuknya sama seperti ketika selesai dibangun pada tahun 1869. Ruangan Induknya disebut Ruang Garuda dan berfungsi sebagai ruang resmi penyambutan tamu negara atau tamu agung yang lain. Di ruangan ini pulalah kabinet Republik Indonesia dilantik tatkala ibu kota negara pindah ke Yogyakarta. Pada dinding ruangan yang bersejarah ini tergantung gambar-gambar pahlawan nasional, di antaranya adalah gambar Pangeran Diponegoro, R.A. Kartini, Dokter Wahidin Soedirohusodo, dan Tengku Cik Di Tiro.

Di sisi selatan Gedung Induk terdapat Ruangan Tidur Presiden beserta keluarga, sedangkan di sisi utara terdapat kamar tidur yang disediakan bagi Wakil Presiden beserta keluarga, dan bagi tamu negara atau tamu agung yang lain beserta keluarga.

Di bagian depan kanan Gedung Induk terdapat ruangan yang diberi nama Ruang Soerdiman untuk mengenang perjuangan Panglima Besar Soedirman dalam memimpin gerilya melawan Belanda. Di ruangan inilah dulu Panglima Besar Soedirman mohon diri kepada Presiden Soekarno, untuk meninggalkan kota dalam rangka memimpin perang gerilya melawan Belanda. Di bagian kiri gedung utama terdapat ruangan yang diberi nama Ruang Diponegoro, untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Dalam ruangan ini tampak pula lukisan / foto beliau sedang berkuda.

Dari Ruang Garuda ke arah belakang terdapat ruangan besar yang lain, yaitu Ruangan Jamuan Makan, tempat jamuan makan bagi tamu negara atau tamu agung yang lain. Di belakang ruangan jamuan makan terdapat ruangan luas, yang berfungsi sebagai Ruangan Pertunjukan Kesenian.

Masih tentang bangunan-bangunan yang ada di Istana Yoyakarta ini, bangunan lain adalah Wisma Negara; wisma ini dibangun pada tahun 1980. Wisma ini dimaksudkan untuk para menteri dan rombongan tamu negara. Bangunan ini bertingkat dua dan mempunyai 19 kamar. Setiap kamarnya dihiasi dengan lukisan serta benda seni lain yang sesuai dengan fungsi-fungsi kamarnya, terutama untuk beristirahat.

Selain Wisma Negara, terdapat Wisma Indraphrasta. Wisma ini merupakan wujud bangunan asli kantor Asisten Residen Belanda, penggagas bangunan yang kini menjadi istana ini. Di kiri dan kanan belakang bangunan utama, di dekat Ruang Kesenian, adalah Wisma Sawojajar dan Wisma Bumiretawu. Wisma Sawojajar,di sebelah utara, disediakan bagi petugas atau rombongan staf Presiden atau tamu negara, sedangkan Wisma Bumiretawu disediakan bagi ajudan serta dokter pribadi Presiden atau ajudan dan dokter pribadi tamu negara. Wisma Saptapratala terletak di sebelah selatan, berseberangan dengan Wisma Bumiretawu . Wisma ini disediakan bagi petugas-petugas dan para anggota rombongan presiden atau tamu negara.

Kompleks Seni Sono mulai dipugar tahun 1995 dan terdiri dari gedung auditorium, gedung tempat penyimpanan koleksi benda-benda seni, gedung pameran dan perkantoran. Auditorium ini semula adalah gedung Seni Sono yang dibangun pada tahun 1915 dan diperuntukkan sebagai tempat pertunjukkan kesenian terpilih yang berkaitan dengan acara kenegaraan. Gedung yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan koleksi benda-benda seni semula adalah bangunan kuno yang dibangun Belanda pada tahun 1911 dan terakhir digunakan sebagai kantor PWI / Antara. Bangunan yang diperuntukkan gedung pameran dan perkantoran semula adalah bangunan Kantor Departemen Penerangan.

Biasanya, Pintu Gerbang Utama Kompleks Istana Yogyakarta "dijaga" oleh dua buah patung besar Dwarapala yang juga disebut Gupala, masing-masing setinggi dua meter. Kedua patung ini berasal dari salah satu tempat di sebelah selatan Candi Kalasan. Di halaman istana, di depan Gedung Induk, tampak sebuah monumen yang terbuat dari batu andesit setinggi 3.5 meter; namanya Dagoba, yang berasal dari Desa Cupuwatu, di dekat Candi Prambanan. Orang Yogyakarta menyebutnya Tugu Lilin karena Tampak seperti lilin yang senantiasa menyala, melambangkan kerukunan beragama, yaitu agama Hindu Ciwa dan agama Budha: agama Hindu Ciwa dilambangkan dengan Lingga, yang menopang stupa sebagai lambang agama Budha.

(Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI,2004)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/profil/istana/yogya.html

Back To : chulay212

PROFIL ISTANA TAMPAK SIRING


Istana Kepresidenan Tampaksiring berada di desa Tampaksiring. Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Pulau Bali, lebih kurang 40 kilometer dari Denpasar, terletak pada ketinggian lebih kurang 700 meter dpl.

Kompleks Istana Kepresidenan Tampaksiring kini terdiri dari lima gedung utama dan satu pendapa. Gedung-gedung induk/utama Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun secara terpencar di atas lahan seluas lebih dari 19 hektar. Dua gedung utama diberi nama Wisma Merdeka dan Wisma Negara, tiga gedung utama yang lainnya diberi nama Wisma Yudhistira, Wisma Bima, dan ruang untuk konferensi, serta Balai Wantilan.

Wisma Merdeka - luasnya 1.200 M2 - terdiri dari Ruang Tidur I dan Ruang Tidur II Presiden, Ruang Tidur Keluarga, Ruang Tamu, Ruang Kerja, yang penataannya demikian indah, berhiaskan patung-patung serta lukisan-lukisan pilihan.

Wisma Negara - luasnya 1.476 M2 - terdiri dari Ruang Tamu Negara. Bagian utama Wisma Negara juga sama dengan bagian utama Wisma Merdeka; wisma ini dibangun di atas tanah berbukit dan kedua bukit yang menopang kedua wisma ini dipisahkan oleh celah bukit yang cukup dalam (lebih kurang 15 meter). Kedua wisma ini dihubungkan oleh jembatan sepanjang 40 meter dengan lebar 1,5 meter. Tamu - tamu negara dari negara-negara sahabat, yang datang berkunjung untuk membina persahabatan, selalu diantar melalui jembatan ini dari Wisma Merdeka ke Wisma Negara. Itulah sebabnya, jembatan ini disebut Jembatan Persahabatan.

Wisma Yudhistira terletak di sekitar tengah kompleks Istana Tampaksiring. Luasnya 1.825 M2. Wisma ini merupakan tempat menginap rombongan Presiden atau rombongan tamu negara yang sedang berkunjung ke Istana Tampaksiring; ruang-ruang atau kamar-kamarnya juga untuk tempat peristirahatan para petugas yang melayani Presiden beserta keluarga dan para tamu negara.

Wisma Bima terletak di sebelah barat laut Wisma Merdeka; luasnya 2.000 M2, rampung pada awal tahun 1963. Perabot yang berada di dalamnya tertata sesuai dengan fungsinya sebagai tempat beristirahat para pengawal serta petuga yang melayani Presiden beserta keluarga atau para tamu negara.

Wisma Bima terletak di sebelah barat laut Wisma Merdeka, luasnya 2.000 M2, rampung pada awal tahun 1963. Perabot yang berada di dalamnya tertata sesuai dengan fungsinya sebagai tempat beristirahat para pengawal serta petugas yang melayani Presiden beserta keluarga atau para tamu negara.

Istana Kepresidenan Tampaksiring membangun gedung baru berikut fasilitas-fasilitasnya. Seperti telah dikemukakan, gedung ini didirikan dalam rangka kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV yang diselenggarakan di Tampaksiring pada tanggal 7-8 Oktober 2003. Gedung ini dipergunakan untuk konferensi. Namun, ruang utamanya dapat juga dipergunakan sebagai ruang resepsi dan ruangan jamuan makan malam kenegaraan. Fasilitas-fasilitas gedung pertemuan ini dipakai sebagai ruang para kabinet dan rapat para kepala negara.

(Istana Kepresidenan RI , 2004, Sekretariat Presiden RI)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/profil/istana/tampak.html

Back To : chulay212

PROFIL ISTANA CIPANAS


Istana Kepresidenan Cipanas terletak di antara jalur Jalan Raya Jakarta dan Bandung melalui puncak. Terletak sekitar 103 kilometer dari Jakarta, atau sekitar 20 kilometer dari kota Kabupaten Cianjur. Istana Cipanas berada di desa Cipanas, kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, di kaki Gunung Gede, Jawa Barat, pada ketinggian 1.100 meter dpl. Bangunan istana berdiri di atas areal lebih kurang 26 hektar, dengan luas bangunan sekitar 7.760 meter persegi.

Istana Cipanas dibangun sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan. Halamannya terbagi dalam dua areal, yakni areal taman istana dan areal hutan istana. Dalam areal hutan istana hingga tahun 2001, menurut katalog Pertama Daftar Tanaman Koleksi Istana Kepresidenan Cipanas terbitan Istana Kepresidenan Cipanas, yang bekerja sama dengan Kebun Raya Cibodas, LIPI, tercatat sebanyak 1.334 spesimen, 171 spesies, 132 marga ( yang 14 nomor di antaranya diketahui nama marganya), serta 61 suku.

Istana Kepresidenan terdiri dari sebuah bangunan induk, enam buah paviliun, sebuah gedung khusus, dan dua buah bangunan yang lain, yaitu penampungan sumber air panas dan sebuah masjid.

Bangunan Induk, yang secara resmi disebut Gedung Induk Istana Kepresidenan Cipanas, berdiri di atas areal seluas 982 meter persegi. Sesuai dengan namanya, gedung ini merupakan gedung yang paling besar jika dibandingkan dengan gedung-gedung lainnya yang ada di kompleks istana ini. Gedung Induk merupakan gedung peristirahatan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.

Gedung Induk Istana Kepresidenan Cipanas, sesuai dengan fungsinya, terdiri dari ruang tamu, ruang tidur, ruang kerja, ruang rias, ruang makan. Dan serambi belakang. Secara khusus ruang tamunya berupa bangunan panggung yang berlantaikan kayu. Salah satu dinding lorong utama Gedung Induk dipajangi dengan sebuah lukisan karya Soejono D.S., yang dibuatnya pada tahun 1958; lukisan ini dikenal dengan nama Jalana Seribu Pandang. Nama tersebut diabadikan kepada lukisan itu karena keistimewaannya sendiri, yaitu bahwa dari arah mana pun lukisan itu di pandang mata memandang. Lukisan Jalan Seribu Pandang tersebut judul aslinya adalah Jalan Menuju Kaliurang.

Sekalipun dibangun secara bertahap, enam buah paviliun istana akhirnya berdiri di sekitar Gedung Induk, tepatnya di halaman belakang gedung ini. Keenam buah paviliun tersebut diberi nama Paviliun Yudistira, Paviliun Bima, Paviliun Arjuna, Paviliun Nakula, Paviliun Sadewa, dan Paviliun Abimanyu. Di samping itu juga terdapat dua bangunan lainnya yang diberi nama Paviliun Tumaritis I dan Paviliun Tumaritis II, yang lokasinya agak terpisah dari sekitar Gedung Induk dan keenam paviliun itu.

Gedung Bentol terletak di belakang Gedung Induk, gedung ini amat mungil karena bangunannya memang jauh lebih kecil daripada Gedung Induk dan keenam paviliunnya. Namun, gedung ini berdiri lebih tinggi daripada bangunan-bangunan yang lain, termasuk Gedung Induk. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa gedung ini memang berada di lereng gunung. Seperti telah dikemukakan, gedung ini amat unik; namanya Gedung Bentol. Gedung ini merupakan produk dua arsitek anak bangsa, yang bernama R.M. Soedarsono dan F Silaban.

Di bagian belakang Gedung Induk, masih terdapat beberapa bangunan. Namun, yang paling besar peranannya terhadap keberadaan Istana Kepresidenan Cipanas adalah sumber mata air panas yang mengandung mineral itu. Maslahatnya bagi kesegaran dan kebugaran raga memang sangat alami. Oleh karena itu, untuk menampung limpahan air dari sumber alam tersebut didirikan dua buah bangunan pemandian. Bangunan yang satu dikhususkan untuk mandi Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, sedang bangunan satunya yang lebih besar disediakan untuk rombongan yang menyertai Presiden atau Wakil Presiden. Baik dalam bangunan pemandian yang pertama maupun yang kedua, perabotannya berkaitan dengan keperluan mandi.

Tidak jauh sebelum Gedung Pemandian itu tampak sebuah danau terbuka yang berdiri di atas kolam pemancingan ikan. Selain itu, di sebelah kiri halaman belakang Gedung Induk juga terdapat sebuah bangunan masjid bernama Masjid Baiturrahim serta beberapa rangkaian bangunan kecil lainnya sebagai ruang perkantoran istana ini. Di samping itu, di sisi sebelah kiri Gedung Induk tampak Rumah Kebun, tempat pembibitan dan perancangan taman bunga dan taman hutan istana.

(Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI, 2004)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/profil/istana/cipanas.html

Back To : chulay212

PROFIL ISTANA BOGOR


Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat, sekitar 60 kilometer dari Jakarta atau 43 kilometer dari Cipanas. Istana ini berada di pusat kota Bogor, di atas tanah berkultur datar, seluas sekitar 28, 86 hektar, di ketinggian 290 meter dari permukaan laut.

Di halamannya yang sangat luas tersebut dipelihara sekitar 591 ekor rusa tutul, dan terdapat sekitar 346 jenis pepohonan. Juga terdapat patung - patung yang cantik, seperti Si Denok karya Trubus, yang modelnya adalah Ara, istri seorang karyawan Istana Bogor serta The Hand of God, reproduksi dari Swedia.

Menurut data kepustakaan, di Istana Kepresidenan Bogor terdapat 37 bangunan. Beberapa bangunan utama nya memiliki fungsi penting.
# Gedung Induk, terdiri dari delapan ruang , yaitu Ruang Garuda yang berfungsi sebagai Ruang Resepsi, disini juga pertemuan - pertemuan besar dapat dilaksanakan. Ruang Teratai yang berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu. Ruang Film pernah berfungsi sebagai ruang pemutaran film pada masa Presiden Soekarno. Ruang Makan yang berfungsi sebagai ruang makan utama. Ruang Kerja Presiden yang pernah berfungsi sebagai tempat bekerja Presiden Soekarno. Ruang Perpustakaan yang pernah berfungsi sebagai ruang perpustakaan Presiden Soekarno. Ruang Famili dan Kamar Tidur yang berfungsi sebagai tempat / ruang tunggu Presiden jika akan mengikuti aneka acara di Ruang Garuda. Ruang Tunggu Menteri yang berfungsi sebagai ruang tunggu para menteri jika mereka akan mengikuti acara - acara di Ruang Garuda.

# Gedung Utama Sayap Kiri, terdiri dari dua ruang, yaitu Ruang Panca Negara, yang pernah berfungsi sebagai ruang Konferensi Panca Negara / persiapan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Ruang Tidur dan Ruang Tengah, yang difungsikan sebagai tempat menginap Presiden, tamu negara dan tamu agung.

# Gedung Utama Sayap Kanan, berfungsi sebagai tempat menginap para Presiden sebagai tamu negara berikut tamu - tamu negara, dan tamu - tamu lainnya. Paviliun Sayap Kiri berfungsi sebagai kantor Rumah Tangga Istana Bogor, sedangkan Paviliun Sayap Kanan berfungsi sebagai tempat menginap para pejabat dan staf tamu negara.

# Paviliun I-VI. Paviliun I-V kini digunakan sebagai tempat menginap para pejabat dan merupakan ruang tunggu para menteri apabila ada acara, Paviliun VI digunakan sebagai rumah jabatan kepala istal Di antara bangunan-bangunan lainnya, yang patut dicatat di sini adalah Gedung Dyah Bayurini, yang dilengkapi dengan kolam renang digunakan sebagai tempat istirahat Presiden serta keluarganya jika sedang berada di Bogor. Selain itu, terdapat Gedung Serba Guna yang berfungsi sebagai ruang serba guna: kesenian, pertemuan, tempat artis, dsb. Selebihnya bangunan-bangunan itu merupakan bangunan-bangunan pelengkap kediaman Presiden dan fungsinya pun sejalan dengan jabaran tugas dan fungsi mereka.

Sumber:Buku Istana Kepresidenan Republik Indonesia Bogor 2004 Sekretariat Presiden RI

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/profil/istana/bogor.html

Back To : chulay212

PROFIL ISTANA MERDEKA


Istana Merdeka yang juga menjadi tempat kediaman resmi Presiden Republik Indonesia ini, terdiri dari serambi depan yang biasa digunakan untuk panggung kehormatan pada upacara Peringatan Detik - Detik Proklamasi setiap tanggal 17 Agustus. Di sini juga Presiden menyambut tamu negara yang sebelumnya diterima dengan upacara militer di halaman depan.

Ruangan selanjutnya yang berada di bagian paling depan adalah Ruang Kredensial. Di tempat ini Presiden menerima surat - surat kepercayaan duta besar negara sahabat yang akan bertugas di Indonesia. Ruang ini juga berfungsi sebagai tempat penandatanganan naskah kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan negara lain, yang disaksikan oleh Presiden dan Kepala Negara / Pemerintah yang bersangkutan.

Juga malam hari setiap tanggal 17 Agustus, di ruangan ini diadakan Resepsi Kenegaraan, dimana Presiden dan Wakil Presiden menerima ucapan selamat dari para kepala perwakilan negara negara asing.

Selain itu ada ruangan yang dinamai Ruang Jepara karena perabotan yang mengisi ruangan ini didominasi gaya ukiran Jepara. Juga ada Ruang Raden Saleh yang terletak berhadapan dengan Ruang Jepara. Dinamai Ruang Raden Saleh karena pada dinding ruangan ini tergantung lima buah lukisan karya Raden Saleh Syarief Boestaman.

Ruangan yang terbesar adalahRuang Resepsi, dimana terdapat dua buah lukisan karya Basoeki Abdoellah. Di dinding sebelah timur dipasang lukisan yang berjudul "Pergiwa Pergiwati" yang diambil dari kisah Mahabharata, dan di dinding sebelah barat lukisan yang berjudul "Jaka Tarub" yang merupakan legenda rakyat Jawa.

Ruangan terakhir yang ada di Istana Merdeka adalah Ruang Bendera Pusaka yang digunakan untuk meletakkan Bendera Pusaka yang pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945 dan duplikatnya pada setiap tanggal 16 -17 Agustus.

Di halaman Istana Merdeka, terdapat sebuah tiang bendera yang tingginya 17 meter. Setiap tanggal 17 Agustus di tiang ini dikibarkan duplikat Bendera Pusaka dalam rangka Peringatan Detik - Detik Proklamasi.

(Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI,2004)

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/profil/istana/merdeka.html

Back To : chulay212

PROFIL ISTANA NEGARA


Pemerintah Republik Indonesia memusatkan kegiatan pemerintahannya, di Istana Kepresidenan yang berada di Jakarta. Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta terletak di Jalan Merdeka Utara, berdekatan dengan Taman Monumen Nasional, berada di jantung ibu kota negara.

Istana Kepresidenan Jakarta terdiri dari dua bangunan istana, yaitu Istana Merdeka, yang menghadap ke Taman Monumen Nasional, dan Istana Negara yang menghadap ke Sungai Ciliwung, Jalan Veteran. Kedua istana ini dihubungkan dengan halaman tengah yang luasnya kira-kira setengah lapangan bola. Selain itu terdapat pula bangunan lain yang termasuk ke dalam lingkungan Istana Jakarta, yaitu Kantor Presiden, Wisma Negara, Masjid Baiturrahim, dan Museum Istana Kepresidenan.

Sumber : Buku Istana Kepresidenan Republik Indonesia Jakarta 2004,
Sekretariat Presiden Republik Indonesia

http://www.presidenri.go.id/istana/index.php/statik/profil/istana/negara.html

Back To : chulay212

Biografi Ahmad Yani


Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani (juga dieja Achmad Yani; lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 19 Juni 1922 – wafat di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 43 tahun) adalah seorang pahlawan revolusi dan nasional Indonesia.

Beliau dikenal sebagai seorang tentara yang selalu berseberangan dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Ketika menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat sejak tahun 1962, ia menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani. Karena itulah beliau menjadi salah satu target PKI yang akan diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi TNI AD melalui G30S (Gerakan Tiga Puluh September). Ia ditembak di depan kamar tidurnya pada subuh 1 Oktober 1965. Mayatnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya.[1]

Jabatan terakhir sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat(Men/Pangad) sejak tahun 1962.
Beliau dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Pendidikan

* HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
* MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
* AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
* Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
* Pendidikan Heiho di Magelang
* PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor
* Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955
* Special Warfare Course di Inggris, tahun 1956

Bintang Kehormatan

* Bintang RI Kelas II
* Bintang Sakti
* Bintang Gerilya
* Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
* Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
* Satyalancana G: O.M. I dan VI
* Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
* Satyalancana Irian Barat (Trikora)
* Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958) dan lain-lain

http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani

Back To : chulay212

Biografi Adam Malik


Adam Malik Batubara (lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 22 Juli 1917 – wafat di Bandung, Jawa Barat, 5 September 1984 pada umur 67 tahun) adalah mantan Menteri Indonesia pada beberapa Departemen, antara lain beliau pernah menjabat menjadi Menteri Luar Negeri. Beliau juga pernah menjadi Wakil Presiden Indonesia yang ketiga.

Ia merupakan personifikasi utuh dari kedekatan antara diplomasi dan media massa. Jangan kaget, kalau pria otodidak yang secara formal hanya tamatan SD (HIS) ini pernah menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York dan merupakan salah satu pendiri LKBN Antara. Kemahirannya memadukan diplomasi dan media massa menghantarkannya menimba berbagai pengalaman sebagai duta besar, menteri, Ketua DPR hingga menjadi wakil presiden.

Sang wartawan, politisi, dan diplomat kawakan, putera bangsa berdarah Batak bermarga Batubara, ini juga dikenal sebagai salah satu pelaku dan pengubah sejarah yang berperan penting dalam proses kemerdekaan Indonesia hingga proses pengisian kemerdekaan dalam dua rezim pemerintahan Soekarno dan Soeharto.

Pria cerdik berpostur kecil yang dijuluki ''si kancil” ini dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatra Utara, 22 Juli 1917 dari pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis. Semenjak kecil ia gemar menonton film koboi, membaca, dan fotografi. Setelah lulus HIS, sang ayah menyuruhnya memimpin toko 'Murah', di seberang bioskop Deli. Di sela-sela kesibukan barunya itu, ia banyak membaca berbagai buku yang memperkaya pengetahuan dan wawasannya.

Ketika usianya masih belasan tahun, ia pernah ditahan polisi Dinas Intel Politik di Sipirok 1934 dan dihukum dua bulan penjara karena melanggar larangan berkumpul. Adam Malik pada usia 17 tahun telah menjadi ketua Partindo di Pematang Siantar (1934- 1935) untuk ikut aktif memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Keinginannya untuk maju dan berbakti kepada bangsa mendorong Adam Malik merantau ke Jakarta.

Pada usia 20 tahun, Adam Malik bersama dengan Soemanang, Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna, memelopori berdirinya kantor berita Antara tahun 1937 berkantor di JI. Pinangsia 38 Jakarta Kota. Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional. Sebelumnya, ia sudah sering menulis antara lain di koran Pelita Andalas dan Majalah Partindo.

Di zaman Jepang, Adam Malik aktif bergerilya dalam gerakan pemuda memperjuangkan kemerdekaan. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, Adam Malik pernah melarikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memaksa mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta. Mewakili kelompok pemuda, Adam Malik sebagai pimpinan Komite Van Aksi, terpilih sebagai Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (1945-1947) yang bertugas menyiapkan susunan pemerintahan. Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan anggota Partai Rakyat, pendiri Partai Murba, dan anggota parlemen.

Akhir tahun lima puluhan, atas penunjukan Soekarno, Adam Malik masuk ke pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni Soviet dan Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian menjadi ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia-Belanda, untuk penyerahan Irian Barat di tahun 1962. Selesai perjuangan Irian Barat (Irian Jaya), Adam Malik memegang jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin (1965). Pada masa semakin menguatnya pengaruh Partai Komunis Indonesia, Adam bersama Roeslan Abdulgani dan Jenderal Nasution dianggap sebagai musuh PKI dan dicap sebagai trio sayap kanan yang kontra-revolusi.

Ketika terjadi pergantian rezim pemerintahan Orde Lama, posisi Adam Malik yang berseberangan dengan kelompok kiri justru malah menguntungkannya. Tahun 1966, Adam disebut-sebut dalam trio baru Soeharto-Sultan-Malik. Pada tahun yang sama, lewat televisi, ia menyatakan keluar dari Partai Murba karena pendirian Partai Murba, yang menentang masuknya modal asing. Empat tahun kemudian, ia bergabung dengan Golkar. Sejak 1966 sampai 1977 ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II / Menlu ad Interim dan Menlu RI.

Sebagai Menlu dalam pemerintahan Orde Baru, Adam Malik berperanan penting dalam berbagai perundingan dengan negara-negara lain termasuk rescheduling utang Indonesia peninggalan Orde Lama. Bersama Menlu negara-negara ASEAN, Adam Malik memelopori terbentuknya ASEAN tahun 1967. Ia bahkan dipercaya menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York. Ia orang Asia kedua yang pernah memimpin sidang lembaga tertinggi badan dunia itu. Tahun 1977, ia terpilih menjadi Ketua DPR/MPR. Kemudian tiga bulan berikutnya, dalam Sidang Umum MPR Maret 1978 terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 menggantikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang secara tiba-tiba menyatakan tidak bersedia dicalonkan lagi.

Beberapa tahun setelah menjabat wakil presiden, ia merasa kurang dapat berperan banyak. Maklum, ia seorang yang terbiasa lincah dan aktif tiba-tiba hanya berperan sesekali meresmikan proyek dan membuka seminar. Kemudian dalam beberapa kesempatan ia mengungkapkan kegalauan hatinya tentang feodalisme yang dianut pemimpin nasional. Ia menganalogikannya seperti tuan-tuan kebon.

Sebagai seorang diplomat, wartawan bahkan birokrat, ia seing mengatakan ‘semua bisa diatur”. Sebagai diplomat ia memang dikenal selalu mempunyai 1001 jawaban atas segala macam pertanyaan dan permasalahan yang dihadapkan kepadanya. Tapi perkataan ‘semua bisa diatur’ itu juga sekaligus sebagai lontaran kritik bahwa di negara ini ‘semua bisa di atur’ dengan uang.

Setelah mengabdikan diri demi bangsa dan negaranya, H.Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker lever. Kemudian, isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan.

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia),

BACK TO : CHULAY212